Rabu, 25 November 2015

Diam-diam

Disudut-sudut mata yang ramai aku merasa sepi. Hanya ricak jangkrik yang masih tetap mengusap telinga,pun dedaunan kopi kerap bergoyangan tersentuh pelannya angin yang menertawaiku atas ketiadaan kawan duduk dimalam itu. Selembar daun,entahlah....tak mungkin bermain balokan kayu denganmu yang ada meninggalkan bekas biru.
Sebentar kulempar pandang kekaki-kaki langit,masih utuh dengan sinaran bunga-bunganya yang mustahil kuhitung. Juga masih setia menyinari makhluk-makhluk kecil yang berjejal dengan deretan sendal-sendal. Entahlah....akupun tak mengetahui begitu jelas maksudmu tetap bersinar,meski kami tak sering memperdulikanmu.
Kuangkatkan kaki menuju kembang yang masih saja dicumbui sang kumbang,diam-diam ku datang hanya untuk memandang. Ah...hanya kembang yang tetap ikhlas memberi,biarpun hanya setitik debu. Masih kupandang dengan sorot mata yang semakin menciut,dan masih kupandang seolah melontarkan suara lirih. Ternyata bukan soal harapan,tapi tentang memberi tanpa berharap yang tak sedikit makhluk-makhluk kecil belum mampu mengalahkan rasa.
Ah sudahlah..hanya kembang lagi,kududukan pantat teposku diteras marmer sambil mencicip kopi yang pandai membuatku bermimpi. Tentang mimpi-mimpi yang tak bisa kubeli. Sebentar..kuletakan pikir dipertengahan langit dan tanah yang masih saja sepi tanpa nyala api,ternyata aku beruntung.....hanya ada aku dan Kau malam ini yang terus menuntunku diam-diam agar aku tau dan mengetahui tentang alam meski hanya sekuku yang baru kulihat.

Huruf Kecil

Karena Pena Karena Jari http://arjunaning.blogspot.com/