Sabtu, 19 Juli 2014

KENALI

Semua adalah inti dari porosnya...diluar poros adalah lautan samudra. Yang setiap detik,menit,atau mungkin jam ombak menghempas kedaratan,yang kadang terlihat seperti siap menelan apa saja yang ada dihadapannya.

Alunan ombak melepas gelisah dari semua unsur kehidupan didalamnya. Gelisah tercipta,dari kehidupan didalam samudra yang bercengkerama dengan angkara murka,nafsu,keserakahan. Ikan besar memakan apapun jenisnya sampai ikan sedang...ikan kecil,bahkan ikan kecil memakan sesamanya walaupun dari golongan yang sama,mereka tidak pandang bulu asal kenyang kemudian melempar-lempar diatas air. Pada akhirnya samudra menumpahkan marahnya melepas lelahnya melalui ombak yang menggelegak bergejolak,karena tidak ada harmoni atau keseimbangan didalamnya.

Ombak  bergulung-gulung...bergejolak,menghempaskan seluruh isi dari samudra. Hanya ikan yang hidup bersahaja yang bertahan melawan arus...demikian ikan kuat berada pada arus kencang yang kepribadiannya selalu bercermin lewat cermin hati,memandang tiap-tiap sesamanya. Kuat jiwa dalam kebenaran yang benar.

Lalu!? !? ????

Lalu kita,iya bagaimana dengan kita yang seringkali diperingatkan alam,alam yang bergejolak seperti sudah enggan bersahabat dengan kita,gonjang-ganjining jagat. Jagat besar,inilah alam yang memberi tanda. Atau mungkin alam ini,jagat ini sudah enggan menyaksikan tingkahing manungso!?

Hanya perlu diketahui dari perenungan-perenungan,untuk mengetahui jati diri pribadi...asal-usul mengapa kita hidup...kemudian hakekat dan tujuan hidup...hingga lahir kesadaran,keselarasan antar manusia...antara manusia dengan alam dengan seluruh isinya,jagat sakisine..sampai yang hakiki yaitu manusia dengan Gusti. Dunia hanya permainan,tapi bukan permainan,dan bukan pula untuk main-main.

Jumat, 18 Juli 2014

SERAT QOLBU

H-5 sebentar lagi kembali menuju kampung halaman,iya itu Ramadhan 2014 ini.

Kembali...kembali menuju kampung halaman
Menuju...itulah manusia,darimana dia dulu berasal kemudian ada waktunya kembali untuk menuju.
Kampung halaman...iya itulah hidup setelah mati,kehidupan abadi untuk pulang.

Sebentar..
Kembali pada sifat hakikinya badan,iya ragawi
Yang tidak abadi,mudah rusak hancur,penuh noda-noda,destruktif
Raga ini,badan ini seperti sangkar yang membelenggu
Burung itu akan singgah setelah lepas dari sangkar

Sebentar..
Burung (jiwa) ini akan tiba waktunya diperintahkan terbang
Setelah ditugaskan selesai bertandang diduniawi
Itu jiwa ini yang berjalan menuju kampung halaman
Duniawi,iya penuh nafsu-nafsu belaka

Sebentar..
Itu burung,dan ibarat isi terkelupas dari kulit
Kulit (raga) ini tidak akan abadi hidup
Hanya melindungi isi sebentar
Hanya pinjaman,tidak patut disedihkan dibangga-banggakan

Sebentar..
Akal,hati nurani
Iya,akal yang selalu memaksa,menuruti nafsu
Hati nurani ini,jiwa ini,pandaikan mengendalikan akal
Bukan akal yang mengendalikan jiwa

Sebentar..
Suara jiwa menuntun badan
Dengar suara-suara hati nurani
Pahami setiap kesalahan yang benar,kebenaran yang salah
Bukan akal lagi yang selalu memaksai jiwa

Sebentar..
Dengan manusia,dengan alam
Belajar setiap yang haq
Fitri,sepatutnya kembali ke fitri
Pernahkah berfikir walau sebentar kian mengikis

Sebentar..
Bagaimana bersaksi (syahadat)
Bagaimana rukun melakukan (shalat)
Bagaimana mengeluarkan melakukan (zakat)
Bagaimana menahan melakukan (puasa)
Kemana hakikat semestinya

Sebentar..
Jangan beranggapan iya
Belum semua berasal dari jiwa,rasa,hati nurani
Hanya atau sekedar menggugurkan kewajiban
Menyatulah akal kedalam jiwa demi menuju

Sebentar..
Benar Engkau katakan,dalam keadaan merugi
Setiap melakukan belum merasakan
Setiap genggaman hanya udara
Setiap gelap belum menemukan ketenangan

Sebentar..
Duduk disetiap keheningan malam
Yang mampu menentramkan nurani,akal
Rasakan,hayati,pahami tiap-tiap hembusan nafas
Hingga lahir,bahwa Tuhan benar-benar dekat

Sebentar..
Dekat,iya tanpa bisa disentuh
Namun jauh tanpa diangan-angankan
Mengerti menyembah dengan segenap jiwa rasa nurani
Bukan sekedar ataupun hanya dengan gerakan badan

Iya,belajar memahami kampung halaman
Iya,belajar mengendalikan badan yang penuh nafsu
Iya,bukan badan tapi jiwa ini..isi ini yang kelak akan berjalan
Iya,sebentar sentuhlah..sebentar pahami..sebentar mengerti paham...

Senin, 14 Juli 2014

Entah

Benar kata orang kalau hidup ini sawang-sinawang. Kendati kebahagiaan,terkadang tampak dari mempersempit arti. Bagaimana mungkin,orang kecil kadang berpikir "begitu enaknya kalau kita hidup yang bergelimpahan harta". Saban hari keluar kota bahkan mungkin berkeliling negara,mengenal kemudian dikenal sana-sini,diperbincangkan kesana-kemari.

Tanpa disadari,orang besarpun berpikir "alangkah enaknya hidup seperti orang kecil" ada waktu untuk keluarga,gayengan tetangga,tanpa dibatasi jadwal,beribadah khusuk,bisa mendidik putra-putrinya.

Sudah pasti,kebahagiaan memang bukan harta yang bergelimpah. Kendati demikian,tidak sedikit orang yang benar-benar mempersempit makna kebahagiaan. Dan mungkin karena itu,terpecah menjadi dua golongan. Pertama mereka yang menjadikan harta sebagai visi dan misi mereka membudidayakan kesenangan,kedua mungkin mereka yang mendapatkan harta dengan penuh...penuh perjuangan,kesyukuran,pandai memilah,benar-benar dengan kerendah hatian.

Entah masuk yang mana,hanya kita yang mampu bercermin,mempelajari diri,mengoreksi diri bagaimana semestinya yang benar. Pusing amat dengan agama,kebanyakan dari kita mungkin beragama tapi tidak lagi berTuhan. Agama hanya seperti arloji,hiasan diri,bangga-banggaan,aksesoris belaka menyebabkan minim penghayatan. Kita beragama,tapi cara hidup cara pandang hidup masih menerjang suci agama. Entahlah...

Dan sering kali,kerakusan orang kenyang lebih dahsyat bahayanya dari pada kerakusan orang lapar. Kejahatan orang pandai lebih hebat mudaratnya dari pada kejahatan orang bodoh. Kelicikan orang berpangkat lebih besar rusaknya daripada kelicikan orang melarat. Kekikiran orang kaya lebih parah efeknya dari pada kekikiran orang miskin. Kemaksiatan orang alim lebih buruk kesannya dari pada maksiatnya orang awam. Kelengahan orang waskita lebih awet sesalnya daripada kelengahan orang abai. Kebangkrutan orang besar lebih lama pulihnya daripada kebangkrutan orang kerdil.

Entahlah...ini apa sebenarnya hidup!? Kadang diamku bertanya-tanya
Entahlah...

Minggu, 13 Juli 2014

URIP

Manungsa mung jejer titah sakwantah,panggonane mung lali karo salah. Manungsa dititaeh padha,menawa mulih yo bakalane padha. Urip kui sing RASA-PANGRASA sanyatane sira urip ana sing nguripi,sira gedhe ana sing gedhekake,sira sugih ana sing nyugihake,mula aja padha adigang adigung adiguna,ndi bukti yen bekti? Manungsa mung sakderma usaha kaliyan ndunga,anane yo mung pasrah sumarah. Mulo sing nrimahan,ikhlas,tatag,njuk landhung atine karo pesthene Pangeran. Kang aran agama ya kui agemaning urip,tekenmu,obormu. Ngelingono mumpung teksih urip,sebab yen wis ora urip yo ora bisa bali maning,yen ora ana KAWULA yo ora ana GUSTI menawa ora ana GUSTI yo ora ana KAWULA ,aja dupe aja dumeh sebab ora ana barang KELAKON yen ora ana LELAKON ,apa sing koe tandur yo kui sing bakalen koe undhuh,mula aja kemakining urip,wong urip kui gak wajib gemuyu latah-latah yen nemui bungah,gak perlu nggriyeng tetangisan yen ketiban susah,sejatine bungah susah yo gegandhengan. Aja buru nepsu ndunyo kaya ta ngombe banyu segara,nuruti nepsu yo mung nyilapaken pikir,ngepyuraken ati,gatekno wewarah pituduh uga pituture wong tua,ora ana tembung mblangsak saka wong tua muruki,senajan nguantek mrejih yo mung kanggo baguse si putra. Ngertenono,urip mung sakdelo gawenen sangu goleten ngelmu kang ana elmune,yen ndunyo iki wis TUMEKA-TUMEKANING WATES,KABEH BAKAL SIRNA MULIH DENING MULA-MULANIRA ,ndueki apa aku njuk bisa apa aku ki!? Manungso kui isine mung partai hore,mulo ngembulo sing bisa gawe ELING-ELING uga ALING-ALING ,aja kagowo sing nyidrani. Urip kui sing waspadha tur eling,sebab lepat luput,becik bener mung beda tipis. Lakonana kang menurutmu bener,ning sing ngati-ati yen menurutmu salah.
Mumpung teksih gesang,ngajio nganti temen NGAJI KUI PENTING,AJA SING PENTING NGAJI lakunana ilmu dinganti lemaku. Urip kui sing BISA RUMANGSA,NING RUMANGSA BISA PANTES GAK DIURIPI...

Kamis, 10 Juli 2014

Malam Pagi

Malam yang membelenggu
Menahan dingin tanpa selembar selimut
Pagi menutup malam
Menutup semua kata-kataku
Namun hati kan terus berbicara

Aku tak kuasa menahan rindu
Seperti menahan dingin malam pagi ini
Semakin tak kuasa ku tahan
Belenggu besi mengikat begitu keras
Terantai menunjang ke ulu hati

Ingin ku jelajahi angkasa bersamamu
Namun aku bertanya-tanya
Sudah layakkah aku untukmu
Sedang langkahkupun masih tertusuki sisa bebatuan
Yang entah berujung semerbak atau gelap

Beriring pilu bertabuh tabu menggebu-gebu
Hanya mimpi semu ingin memiliki
Seperti perjudian yang hanya mengharap
Kupandangi bintang tak satupun dapat aku gapai
Semakin terbang tinggi semakin sulit mencari titik indah

Aku tau mengerti hati
Embun pagipun enggan berpisah dengan malam
Seakan gelisah menanti mentari
Penghalang rindu bersuara gincu
Tidak ada menanti kepastian yang pasti

Aku berirama sederhana
Aku tidak berjanji untuk memberikan hidup
Layaknya hidup yang menjalar ke langit-langit
Aku hanya mampu berkata
Untuk menjagamu merawat sebagai kehormatan hidupku

Akankah mau bersamaku yang mengumbar biasa saja
Sedangkan kau menggema begitu hebat
Hanya untuk saling mengingatkan bukan nasihat menasihati
Hidup ini tauladhan
Alam ini tauladhan
Apalagi,setiap yang melatapun telah dijamin...

Selasa, 08 Juli 2014

Engkau Lagi

Engkau inging mengetahui..
Dari menyentuh engkau membaca,dari menghayati engkau paham,untuk memahami menjadikan engkau mengetahui apa-apa. Pelajaran cukup tidak berkeliling,kalau sekitar saja belum engkau maknai,bagaimana mungkin engkau paham bukan sekitar.

Engkau ingin mengetahui..
Dari kesadaran engkau mampu merubah,dari mengetahui engkau mampu menyikapi. Engkau mampu menyaring apabila engkau merasakan sekitarmu,entah sekalipun dari kulit munafik itu ilmu engkau. Tidak ada yang tidak jika engkau mau mengilmui.

Engkau ingin mengetahui..
Sebenarnya bagaimana dan seperti apa tujuan engkau melakukan!? Hanya sekilas,mengherankan engkau berdiri sekilat menduduki lantai. Apakah engkau mengerti hakikatnya!? Atau hanya sekedar memenuhi dan menggugurkan wajibnya engkau!?

Engkau ingin mengetahui..
Hanya sekilas lagi. Bertanya-tanya dihati,apa yang engkau lakukan lagi!? Lantas kemana arah engkau sebenarnya!? Dimana hati dan pikiran engkau menyatu untuk menuju!? Seperti apa engkau melakukan,aarrggghh...itu yang membuat bertanya-tanya.

Engkau ingin mengetahui..
Bukan sempurna,tapi mengerti yang patut. Setiap gerakan yang katanya dijawab,namun sekilas lagi engkau bergerak. Indahkah bila begitu,terhargaikah bila begitu. Baik,tapi ada yang lebih baik lagi begitupun buruk ada yang lebih buruk lagi. Bukan sempurna,tapi mengerti yang tertata.

Engkau ingin mengetahui..
Darimana dimana engkau belajar. Yang sepengetahuanpun bukan sekilas,masih terheran. Itukah engkau berbakti yang terlihat bukan menghayati. Indahkah dengan sumpah engkau,atau bahkan mengecewakan sumpah.

Engkau ingin mengetahui..
Bagaimana engkau berbicara sedangkan engkau belum menata apalagi merasakan. Bagaimana engkau mengemban hati,yang hati engkau saja belum pandai engkau tata. Sesederhana itukah engkau berdiri kemudian berjalan!?

Engkau mengetahui..
Seperti itu engkau. Tanaman subur hijau menghijaui tertawa semilirnya angin,engkau rasakan yang hijau engkau rasakan yang bergerak lembut mengiringi yang hijau. Bagaimana engkau benar-benar paham yang subur menghijau,memegangpun hanya berhadapan angan-angan. Engkau hanya menggenggam angan,bukan merasakan hadap yang benar-benar hadir.

Engkaulah yang harus mengetahui sendirinya engkau,engkaulah yang harus belajar sekitar,yang sekitar yang melebihi yang jauh.

Senin, 07 Juli 2014

KUSUTNYA MATA

Bukan..
Mereka mempunyai topengnya masing-masing,sementara aku belum cukup cerdas mengetahui kenampakan aslinya,mereka hanya berperan sesuai perannya,mereka menunjukan apa yang pantas yang wajar bagi orang lain ketahui

Bukan..
Begitu mudahnya orang menilai orang,bagaimana engkau menilai sedangkan engkau tidak mengetahui kesebenarannya!? Begitu gampangnya orang meremehkan orang,bagaimana engkau meremehkan dibalik kebiasasajaanya!?

Iya..
Hanya sebatas itukah mata orang melihat,sementara melihat mata sendiripun belum benar terlihat tanpa cermin. Hanya sebatas itukah mata orang menilai orang,sementara menilai mata sendiripun belum ternilai.

Iya..
Memang tidak ada mengetahui selain yang mengetahui,lantas masih pantaskah mata orang menilai orang!? Yang hanya subyektif,tanpa lengkapnya kesadaran.

Iya..
Namun begitu mudahnya penilaian itu sering kali menjatuhkan,hingga nampak seperti anak kecil yang setiap kemarahanya ia tancapkan paku pada pagar kayu kemudian ia cabut kembali si paku,aku si pagar kayu.

Bukan Iya..
Demikianlah aku yang harus memahami orang memahami diriku,demikianlah aku yang masih perlu dijatuhkan.

Wahai Jiwa Engkau

Wahai jiwa...
Tuntunlah engkau menurut rasanya engkau
Lakukan seperti keinginan engkau
Namun jangan engkau ingkari engkau
Itulah engkau
Wahai jiwa...
Bimbinglah engkau disetiap kebenaran yang mutlak
Tetapkanlah diatas keteguhan engkau
Tetapkanlah engkau diatas kelalaian engkau
Itulah engkau
Wahai jiwa...
Mendakilah engkau setinggi langit
Namun jangan engkau melebihi batas kemampuan
Hayati apa-apa yang sesama engkau
Sesederhana itulah engkau
Wahai jiwa...
Bangunlah keadaan yang damai
Yang mendamaikan disetiap pertemuan
Sesuai keadaan dan sesama engkau
Seanggun itulah engkau
Wahai jiwa...
Rasakan tiap-tiap sesama engkau
Sentuhlah sesama engkau
Cipta sifat tahu diri
Itu keluhuran engkau
Wahai jiwa...
Mengerti engkau tiap titik nafas engkau
Sampai engkau merasa tentram
Keindahan terasa ruang gelap mata
Itulah engkau yang mengerti indahnya
Wahai jiwa...
Genggamlah engkau menuai kelembutan
Genggam yang tak berwujud tapi terasa
Sekuat ikrar engkau
Itulah engkau mengetahui yang memiliki
Wahai jiwa...
Setiap yang teramanat adalah kehendak
Setiap yang hanyut adalah kekuasaan
Teruslah engkau dan teruskan
Itulah mengetahui yang memiliki lagi
Wahai jiwa...
Dimana engkau berbicara
Disitu maka engkau tertulis kuat
Hembuskan keadaan tak berisi
Disitu maka engkau melakukan benar
Wahai jiwa...
Tuntunlah setiap tersapu angin
Sentuhlah engkau disetiap keadaan engkau
Temanilah sesama engkau
Layaknya sang dewi malam yang saling berhiasan cahaya
Wahai jiwa....